Astreoid yang akan dikunjungi pesawat NASA pada 2018 kini memiliki
nama resmi, Bennu (kadang disebut "Benu", diucapkan ben-oo). Nama
diberikan oleh anak berusia sembilan tahun, Michael Puzio, dari North
Carolina, Amerika Serikat.
Puzio berhasil mengalahkan 8.000 usulan lainnya dalam kompetisi pemberian nama. Sebelum dinamai Bennu, asteroid itu disebut (101955) 1999 RQ36. "Saya anak pertama yang saya kenal menamai bagian dari sistem tata surya," kata Puzio, Rabu (1/5/2013).
Puzio berhasil mengalahkan 8.000 usulan lainnya dalam kompetisi pemberian nama. Sebelum dinamai Bennu, asteroid itu disebut (101955) 1999 RQ36. "Saya anak pertama yang saya kenal menamai bagian dari sistem tata surya," kata Puzio, Rabu (1/5/2013).
Bennu akan dikunjungi oleh pesawat miliki NASA, Osiris-Rex, yang dijadwalkan mulai berangkat pada 2016. Dua tahun sesudahnya, pesawat ini akan mendarat di Bennu untuk mengumpulkan sampel dan kembali ke Bumi pada 2023.
Dikatakan peneliti proyek ini, Jason Dworkin, sampel dari Bennu yang diambil Osiris-Rex akan memudahkan para pakar untuk mencari asal muasal sistem tata surya. "Dan melihat dari dalam mengenai akar dari kehidupan," kata Dworkin.
Bennu merupakan fauna sakral dalam kepercayaan Mesir yang sering digambarkan dalam wujud bangau abu-abu. Ia merupakan sosok suci di Heliopolis, kota kuno di timur laut Kairo yang vital bagi politik dan keagamaan masa Kerajaan Kuno.
Bennu (Credit : Wikipedia)
Nama
"Bennu" kemungkinan berasal dari kata "weben" yang berarti bangkit atau
bersinar. Ia dikaitkan dengan matahari dan mewakili jiwa dari Dewa
Matahari, Ra. Posisi berdirinya yang diimajikan di atas batu tersendiri
di sebuah pulau yang tengah tergenang air bah, dianggap mewakili
hadirnya kehidupan awal.
Bahkan, air mata Bennu di penciptaan awal dunia-lah yang dianggap sebagai gong awal waktu. Dengan demikian Bennu ditahbiskan sebagai pemegang waktu dan divisi —jam, hari, malam, minggu dan tahun.
"Bennu tepat menyentuh kami di banyak sisi," kata Bruce Betts, Direktur Proyek dari perusahaan nonprofit Planetary Society sekaligus juri kompetisi nama ini. (Zika Zakiya/National Geographic Indonesia)
Bahkan, air mata Bennu di penciptaan awal dunia-lah yang dianggap sebagai gong awal waktu. Dengan demikian Bennu ditahbiskan sebagai pemegang waktu dan divisi —jam, hari, malam, minggu dan tahun.
"Bennu tepat menyentuh kami di banyak sisi," kata Bruce Betts, Direktur Proyek dari perusahaan nonprofit Planetary Society sekaligus juri kompetisi nama ini. (Zika Zakiya/National Geographic Indonesia)
Sumber : kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar